PADANG – Keterbatasan wawasan dan pemahaman menjadi faktor utama kekeliruan dalam memahami agama secara umum ataupun ekonomi syariah secara khusus. Bahkan tidak jarang ditemukan orang yang begitu kuat dan saklek pemahaman dan cara ibadahnya, tetapi giliran bicara ekonomi syariah dia apriori dan bahkan antipati.
“Adanya ungkapan ekonomi syariah yes, konversi no juga bentuk dari ketidak pahaman konsep beragama yang komprehensif,” kata Ketua Pendidikan Tinggi (Dikti) Yayasan Waqaf Ar Risalah H Mulyadi Muslim Lc MA di hadapan santri Surau Anak Soleh Koto Tangah dalam acara pengabdian masyarakat Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Ar Risalah Sumatra Barat Sabtu (21/1/2023).
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang ini menyebutkan, ada juga yang memberikan ungkapan lain, seperti agama itu memberikan kemudahan, maka dalam sistem konvensional terdapat kemudahan. Sementara keuangan syariah baik di bank ataupun koperasi dianggap rumit dan ribet, lebih baik konvensional saja.
“Atau ada juga yang memberikan ungkapan sama saja antara konvensional dan syariah. Lalu ngapain repot-repot. Sekali lagi, ini adalah bukti lemahnya literasi tentang konsep ekonomi syariah,” kata Mulyadi Muslim.
Mulyadi mengatakan, kegiatan pengabdian masyarakat dosen dan mahasiswa STEI Ar Risalah Sumatra Barat adalah agenda tahunan yang diselenggarakan di beberapa daerah dengan berbagai segmen. Khusus tahun ini, program pengabdian masyarakat siperuntukkan bagi siswa dan santri tingkat SMa.
“Dengan tujuan anak-anak milenial memiliki pemahaman yang benar tentang ekonomi syariah sejak dini. Sehingga ketika mereka menjadi pemegang kunci kebijakan, tidak saja paham dan mendukung ekonomi syariah. Tapi mereka jadi pelanjut perjuangan dalam membumikan ekonomi syariah di sumatera barat,” kata Buya Mulyadi. (Radar Sumbar)
Tinggalkan Komentar